Minggu, 13 September 2015

Makalah Kultur Jaringan Pada Tumbuhan



MAKALAH KULTUR JARINGAN
pada TUMBUHAN















i

KATA PENGANTAR


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya  dapat menyelesaikan makalah tentang “Kultur Jaringan pada Tumbuhan” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya  berterima kasih pada Bapak Budi Saptono selaku guru mata pelajaran Biologi yang telah memberikan tugas ini kepada saya serta teman-teman saya yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini.

       Saya  sangat berharap makalah  ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi saya untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kultur jaringan pada tumbuhan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya  berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya  sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi  perbaikan di masa depan.


Blitar, September  2015


Penyusun











ii

Daftar Isi
Halaman Judul……………………………………………………………………….…i

Kata Pengantar…………………………………………………………………….…...ii

Daftar Isi……………………………………………………………………..…...…...iii

Bab I Pendahuluan
a)      Latar belakang………………………………………………………………….1
b)      Rumusan masalah ……………………………………………………………...1
c)      Tujuan penulisan………………………………………………………………..2

BAB II  Pembahasan
a)      Pengertian Kultur Jaringan………………………………………………………3
b)      Prinsip dasar kultur jaringan …………………………………………………….3
c)      Tipe-tipe kultur jaringan…………………………………………………………4
d)     Alat dan bahan dalam kultur jaringan……………………………………............4
e)      Cara kerja kultur jaringan……………………………………………………......6
f)       Perbedaan perbanyakan alami dengan kultur jaringan………………………………......8
g)      Keuntungan dan kelebihan  kultur jaringan…………………………………..…8
h)      Hal-hal yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan………………………….…………...8
i)        Kendala dan masalah yang dapat terjadi dalam kultur jaringan……….…..…9
BAB III  Penutup
a. Kesimpulan……………………………………………………………………….…...12
b. Saran………………………………………………………………………………......12

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………...13










iii



Bab 1
Pendahuluan

a.        Latar belakang

           Salah satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah kebutuhan bibit yang semakin meningkat. Bibit dari suatu varietas unggul yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas, sedangkan bibit tanaman yang dibutuhkan jumlahnya sangat banyak.
Penyediaan bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui teknik kultur jaringan.
Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang jumlahnya sangat sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya (seragam) dan dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas penyakit.
Kultur jaringan adalah metode perbanyakan vegetatif dengan menumbuhkan sel, organ atau bagian tanaman dalam media buatan secara steril dengan lingkungan yang terkendali.Tanaman bisa melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

b.    Rumusan masalah

1.      Apa pengertian kultur jaringan?
2.      Apa prinsip dasar dalam kultur jaringan?
3.      Apa saja tipe-tipe kultur jaringan?
4.      Apa saja alat dan bahan yang di gunakan untuk kultur jaringan?
5.      Bagaimanakah cara kerja kultur jaringan?
6.      Apa perbedaan perbanyakan alami dengan kultur jaringan?
7.       Apa saja keuntungan dan kelebihan kultur jaringan?
8.       Apa saja yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan?
9.      Apa saja kendala dan masalah yang dapat terjadi dalam kultur jaringan?









c.    Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian kultur jaringan
2.      Untuk mengetahui prisip dasar dalam kultur jaringan
3.      Untuk mengertahui tipe-tipe kultur jaringan
4.      Untuk mengetahui alat dan bahan yang di gunakan untuk kultur jaringan
5.      Untuk mengetahui cara kerja kultur jaringan
6.      Untuk mengetahui perbedaan perbanyakan alami dengan kultur jaringan
7.      Untuk mengetahui keuntungan dan kelebihan kultur jaringan
8.      Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan
9.      Untuk mengetahui kendala dan masalah yang dapat terjadi dalam kultur jaringan





















Bab II
Pembahasan

A.    Pengertian kultur jaringan
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe Kultur, dalam Bahasa Inggris disebut Tissue Culture, dalam Bahasa Belanda disebut weefsel kweek atau weefsel cultuur. Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, dalam botolkultur yang sterildan dalam kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Usaha memperoleh suatu individu baru dari satu sel atau jaringan dikenal sebagai kultur sel atau kultur jaringan..
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
Kultur jaringan termasuk jenis perkembangbiakan vegetatif yang prinsip dasarnya sama dengan menyetek. Bagian tanaman yang akan dikultur (eksplan) dapat diambil dari akar, pucuk, bunga, meristem, serbuk sari.
B.     Prinsip dasar kultur jaringan
Menurut Thorpe (1981), ada 3 prinsip utama dalam kultur jaringan:
« Isolasi bagian tanaman dari tanaman utuh (organ, akar, daun dll)
« Memelihara bagian tanaman tadi dalam lingkungan yang sesuai dan kondisi kultur yang tepat
« Pemeliharaan dalam kondisi aseptik
Teori Dasar Kultur Jaringan:
·         Sel dari suatu organisme multiseluler dimanapun letaknya sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut (omne cellula ex cellula).
·         Teori Totipotensi Sel
Teori sel oleh Schwann dan Schleiden (1898) yang menyatakan bahwa sel memiliki sifat totipotensi, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembangbiak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup.
C.     Tipe-tipe kultur jaringan
1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau seedling.
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dll.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan media cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan meristem.
5. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni: kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.
D.    Alat dan bahan yang di gunakan untuk kultur jaringan
Ø  Alat untuk pembuatan media kultur jaringan
1.      Gelas becker/piala, untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan air aquades dalam pembuatan media. Ukuran gelas piala bervariasi, 100ml, 300ml, 1000ml, 2000ml.
2.      Pipet, untuk mengambil cairan.
3.      Timbangan, untuk menimbang bahan kimia yang diperlukan dalam pembuatan media kultur.
4.      Spatula, untuk mengambil bahan kimia yang diperlukan dalam pembuatan media kultur.
5.      Indicator pH/ lakmus, untuk mengukur pH media ketika membuat media.
6.      Sendok kaca, untuk mengaduk media saat persiapan dan saat pemanasan.
7.      Panci, uempat memasak media.
8.      Kompor, untuk pemanas saat memasak media.
9.      Autoklaf, untuk mensterilkan semua peralatan dan media kultur yang dipakai dalam kegiatan kultur jaringan.
10.  Botol kultur, tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan.
11.   Plastik dan karet tahan panas, untuk penutup pada botol kultur dan sebagai pengikat plastik dengan botol kultur.

Ø  Alat Penyiapan Eksplan (Inisiasi)
1.       Botol kultur, tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan.
2.       Scalpel, untuk pemotongan eksplan
3.      Gunting, untuk memotong eksplan
Ø  Alat Penanaman (Inokulasi)
1.       Laminar air flow/enkas, untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV.
2.      Pinset, untuk mengambil eksplan.
3.      Spatula, untuk mengambil eksplan berupa biji/plb anggrek.
4.      Petridish, tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan di tanam dalam botol kultur.
5.      Bunsen, untuk menggarang/membakar alat-alat kultur, seperti alat-alat diseksi ketika melakukan penanaman sehingga peralatan tersebut tetap steril.
Ø  Alat Inkubasi
1.      Rak kultur, tempat untuk menyimpan botol-botol berisi eksplan    hasil inokulasi dan mengoptimalkan pemanfaatan ruangan yang ada.
2.      Air conditioner (AC), untuk menjaga suhu ruangan agar tetap stabil sesuai dengan kondisi suhu untuk kultur jaringan.
3.      Lampu, untuk memberikan penerangan dan cahaya bagi pertumbuhan tanaman.
4.      Timer listrik, untuk mengatur waktu penyinaran pada tanaman kultur.
5.      Termometer suhu ruangan, untuk mengetahui suhu ruangan
Ø  Alat Aklimatisasi
1.       Ember, untuk tempat plantlet yang telah dikeluarkan dari botol yang akan dicuci.
2.      Gelas becker/piala, tempat perendaman plantlet dengan fungisida dan bakterisida.
3.      Pinset, untuk mengeluarkan plantlet dari botol kultur.
4.      Timbangan, untuk menimbang fungisida dan bakterisida
5.      Pengaduk kaca, untuk mengaduk larutan fungisida dan bakterisida.
Ø  Bahan untuk Pembuatan Media
·         Media MS jadi, bahan kimia untuk pembuatan media, Hyponex
·         Gula
·         Agar
·         Air





Ø  Bahan untuk Sterilisasi Eksplan
·         Eksplan
·         Air
·         Fungisida
·         Bakterisida
·         HgCl2
·         Klorox/pemutih pakaian
·          Alkohol
Ø  Bahan untuk Penanaman (Inokulasi)
·         Alkohol
·         Air steril
·         Betadin
·         Eksplan

Ø  Bahan untuk Aklimatisasi
·         Tanaman
·          Air
·         Fungisida
·         Bakterisida
·         Media (mos, pakis, arang, sterofom)
E.   Cara kerja kultur jaringan

a.       Pembuatan Media
Merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf pada suhu 121º C selama 45 menit.


b.   Sterilisasi   eksplant Inisiasi kultur (Culture Estabilishment)

Sterilisasi eksplan merupakan bagian yang paling sulit dalam proses produksi bibit melalui kultur jaringan. Sterilisasi biasanya dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, eksplan dicuci dengan deterjen atau bahan pencuci lain, selanjutnya direndamdalam bahan-bahan sterilan baik yang bersifat sistemik atau desinfektan.  Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk sterilisasi antara lain clorox, kaporit atau sublimat.




c.   Penumbuhan eksplant dalam media cocok.

Setelah disterilkan eksplan ditumbuhkan dalam media kultur. Media yang banyak digunakan sampai saat ini adalah media MS. Untuk mengarahkan biakan pada organogenesis yang diinginkan, ke dalam media ditambahkan zat pengatur tumbuh.


d.   Multipliksi atau perbanyakan planlet

Proses penggandaan tanaman dimana tanaman dipotong-potong pada bagian
tertentu menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian ditanam kembali ke media agar yang telah disiapkan. Proses ini dilakukan secar berulang setiap tanggal waktu tertentu. Pada setiap siklusnya tanaman dipotong dan menghasilkan perbanyakan dengan tingkat RM (Rate Of Multiplication) tertentu yang berbeda-beda untuk setiap tanaman.


e.   Pemanjangan tunas, induksi dan perkembangan akar.

Merupakan proses induksi (perangsangan) bagi sistem perakaran tanaman. Hasil dari proses ini adalah tanaman dari kondisi sempurnah. Tahapan ini tidak berlaku untuk semua jenis tanaman. Pengakaran adalah fase dimana planlet akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang mana biasanya hanya berupa penambahan zat pemacu pertumbuhan dari golongan auxin. Dalam fase ini biasanya tunas ditanam dalam media yang mengandung zat pengatur tumbuh (IAA, IBA atau NAA). Perakaran umumnya dilakukan pada tahap akhir dalam suatu periode perbanyakan kultur jaringan, yaitu apabila jumlah tunas in vitro sudah tersedia sesuai dengan jumlah bibit yang akan diproduksi.

f.   Aklimatisasi planlet ke lingkungan luar

Aklimatisasi adalah proses penyesuaian planlet dari kondisi mikro dalam botol
(heterotrof) ke kondisi lingkungan luar (autotrof). Planlet yang dipelihara dalam keadaan steril dalam lingkungan (suhu dan kelembaban) optimal, sangat rentan terhadap lingkungan luar (lapang). Planlet yang tumbuh dalam kultur di laboratorium memiliki karakteristik daun yang berbeda dengan planlet yang tumbuh di lapang. Daun dari planlet pada umumnya memiliki stomata yang lebih terbuka, jumlah stomata tiap satuan luas lebih banyak, dan sering tidak memiliki lapisan lilin pada permukaannya. Dengan demikian, planlet sangat rentan terhadap kelembaban rendah. Mengingat sifat-sifat tersebut, sebelum ditanam di
lapang, planlet memerlukan aklimatisasi. Aklimatisasi dapat dilakukan di rumah kaca atau pesemaian, baik di rumah kaca atau pesemaian.
 Dalam aklimatisasi, lingkungan tumbuh (terutama kelembaban) berangsur-angsur disesuaikan dengan kondisi lapang. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.








F.    Perbedaan perbanyakan alami dengan kultur jaringan
Pada perbanyakan secara alami nutrisi diperoleh secara alami dari dalam tanah,tanaman dapat membuat makanannya sendiri (autotrof),sumber tanaman harus cukup umur,fotosintesis dengan bantuan matahari sehingga di pengaruhi oleh musim sedangkan perbanyakan dengan kultur jaringan media terbuat dari nutrisi kimia,tanaman tidak membuat makanannya sendiri,sumber tanaman sedikit,fotosintesis dengan cahaya lampu,tidak dipengaruhi musim
G.  Keuntungan dan  kelebihan  kultur jaringan
Kelebihan:
o Sifat identik dengan induknya;
o Perbanyakan dalam waktu singkat;
o Tidak perlu areal pembibitan yang luas;
o Tidak dipengaruhi oleh musim;
o Tanaman bebas jamur dan bakteri.
Kekurangannya:
o Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar;
o Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit;
o Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan;
o Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan;
o Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.
H.    Hal-hal yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan
1.      Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro: pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio somatik, pembentukan protocorm like bodies, dll
2.      Eksplan
Merupakan bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.
3.      MediaTumbuh.
Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C, Anderson dll. Media yang sering digunakan secara luas adalah MS.
4.       Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang sering digunakan adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
5.       Lingkungan Tumbuh
Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.
I.       Kendala dan masalah yang dapat terjadi dalam kultur jaringan
Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman memerlukan keterampilan khusus dan harus dilatar belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Di samping itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak memerlukan laboratorium khusus, walaupun dapat di usahakan secara sederhana (dalam ruang yang terbatas), namun tetap memerlukan peralatan yang memadai. Kemungkinan lain petani akan merasa enggan bekerja secara aseptik..
Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri. Karena semua pekerjaan harus dilaksanakan secara hati-hati dan cermat serta memerlukan kesabaran yang tinggi. Biaya untuk mewujudkan perbanyakan tanaman secara in vitro ini juga sangat mahal, kecuali kita meramu medium sendiri. Bila kita terpaksa harus membeli medium yang sudah jadi (dalam kemasan) jelas akan sangat mahal, sebab medium yang sudah jadi masih harus di impor dari luar negeri. Apalagi kita harus membeli saran untuk perlakuan isolasi dan fusi protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar. Enzim-enzim yang digunakan dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri seperti Jepang.
Lepas semua dari kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui bahwa teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, terutama untuk pengembangan bioteknologi.

         Masalah-masalah dalam Kultur Jaringan
Dalam kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya.
Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada pula yang sulit diprediksi kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi, cara mengatasinya tidak dapat secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu muncul.
Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
1.      Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan. Munculnya gangguan ini bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang sangat wajar sebagai konsekuensi penggunaan yang diperkaya.
Fenomena kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri, jamur, virus, dll).
Upaya mencegah terjadinya kontaminsi:
·                     Biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur jaringan.
·                     Yakinkan bahwa proses sterilisasi media secara baik dan benar.
·                     Lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda nyaman dan cari waktu yang longgar.
2.      Pencoklatan/browning
Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang sering terjadi.
Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan.
3.      Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai dengan:
Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang tidaknormal.
Tanaman yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil.
Pertrumbuhan batang cenderung ke arah penambahan diameter
Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent.
Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade..
4.      Variabilitas Genetik
Bila kultur jaringan digunakan untuk upaya perbanyakan tanaman yang seragam dalam jumlah yang banyak, dan bukan sebagai upaya pemuliaan tanaman maka variasi genetik adalah kendala. Variasi genetik dapat terjadi pada kultur in vitro karena:
Laju multiflikasi yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub kultur berulang yang tidak terkontrol
Penggunaan teknik yang tidak sesuai.
Variasi genetik yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur -suspensi sel, hal tersebut terjadi karena munculnya sifat instabilitas kromosom mungkin akibat teknis kultur, media atau hormon.
Cara mengatasi masalah variasi genetik tentunya tidak sederhana, harus memperhatikan aspek yang dikulturkan.
5.       Pertumbuhan dan Perkembangan
Masalah utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan yang ditanam mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak tumbuh.
Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan dengan preventif menghindari bahan tanam yang tidak juvenil atau tidak meristematik. Karena awal pertumbuhan eksplan akan dimulai dari sel-sel yang muda yang aktif membelah, atau dari sel-sel tua yang muda kembali.
Media juag dapat menjadi sebab terjadinya stagnasi pertumbuhan, karena dari kondisi medialah suatu sel dapat atau tidak terdorong melakukan proses pembelahan dan pembesaran dirinya.
Pada proses klutur jaringan yang bersifa inderict embriogenesis, tahapan pembentukan kalus harus dilanjutkan dengan mendorong induksi embriosomatik dari sel-sel kalus. Terjadinya embrio somatik dapat secara endogen atau eksogen.
6.       Praperlakuan
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja, pertumbuahn dan perkembangannya dlama botol saja tetapi juga sangat bisa dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan. Prapelakuan dilakukan umumnya untuk tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam rangka menghilangkan hambatan. Hambatan apat berupa hambatan kemikalis, fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia penanganannya harus dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan alternatif pengelolaannya.
7.      Lingkungan Mikro
Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini juga sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi pertumbuhan eksplan, suhu yang terlalu rendah aatau tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.
Kebutuhan antara satu tananaman dengan tanaman yang lain berbeda, namunddemikian solusinya sulit dilakukan mengingat umumnya ruangan inkubator suatu ruangan laboratorium kultur jaringan tidak bisa dibuat variasi antara satu ruangan dengan bagian ruangan yang lainnya. Sehingga optimasi pertumbuhan tidak bisa diharapkan sama antara kultur yang satu dengan kultur yang lain.



















BAB III
Penutup
1.      Kesimpulan
Kultur jaringan merupakan suatu tehnik membiakkan sel atau jaringan ke dalam media kultur, sehingga tumbuh, membelah, dan menghasilkan tumbuhan baru dengan cepat dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptic yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Tanaman yang dimanfaatkan dalam kultur jaringan harus memiliki sifat Autonom, dan sifat Totipotensi.
2.      Saran
Pelaksanaan kultur jaringan di Indonesia belum cukup banyak dilakukan. Saya menyarankan kepada pemerintah, sebaiknya pemerintah ikut memperhatikan masalah mengenai pertanian terutama dalam metode kultur jaringan yang seharusnya dapat menghasilkan keberhasilan yang besar.













Daftar Pustaka

Pratiwi, D.A., dkk. 2007. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Hapsoro, Drs. Biologi. Surakarta: Aspirasi.
Catatan hasil study tour ke Mekarsari, 26 Oktober 2010
Google http://www.google.com/
Search engine

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar