Sahabat
untuk Callista
Namaku Callista Viola , orang-orang memanggilku Lista aku
anak bungsu dari 2 saudara. Kakakku bernama Vanessa Aurelia dan dia sangat membenciku karena dia masih belum
terima kalau ibu meninggal karena kecelakaan saat ibu menjemputku sekolah, kata
kakak. Ibu meninggal saat aku masih duduk di kelas 1 SD sehingga aku belum
begitu mengerti tentang kejadian yang sebenarnya terjadi. Semenjak ibu meninggal
kami pindah ke suatu desa yang indah
sekali namanya desa Cikeas. Kami tinggal
di Cikeas hanya untuk 2 tahun kata ayah
tetapi aku berharap kita bisa tinggal disini
lebih lama lagi karena bagiku tinggal didesa lebih indah daripada harus tinggal di kota yang setiap hari dipenuhi
dengan polusi yang tiada habis tapi tidak bagi kak Vanessa.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah baru, akupun sangat
bersemangat . Pagi-pagi sekali aku sudah bangun untuk menyiapkan buku-buku yang
akan kubawa. Waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 kini saatnya aku berangkat, Aku
segera memanggil kakak untuk berangkat
sekolah bersamaku .Tiba-tiba dari arah
tangga terdengar hentakan kaki menuruni tangga, aku kira itu kakak yang sudah siap berangkat sekolah denganku ternyata perkiraanku salah 100 % . Kakak
baru saja bangun dan masih
memakai piyama pink yang biasa ia dipakai.Aku dan ayah yang sedang sarapan
sangat terkejut. Dengan spontan Ayah marah-marah
pada kak Vanessa tetapi kak Vanessa
tidak mengambil pusing hal tersebut. Bahkan dengan santainya kak Vanessa menuju ke kamarnya lagi dan tidur dengan lenyap.Akhirnya ayah memutuskan
untuk berangkat dulu denganku dan meninggalkan kak Vanessa.
Sekolah
baruku memang tidak begitu jauh dari rumah.Selama di mobil aku tidak berkedip melihat pemandangan yang begitu
indah yang tidak kutemui di kota. Disepanjang
jalan pohon-pohon terlihat masih
hijau dan hamparan sawah dengan
padi-padi yang menguning menambah rasa
kagumku pada desa ini.Tapi begitu kulihat jam tangan, aku sangat terkejut dan
meminta ayah untuk lebih cepat.walaupun aku masih ingin menikmati pemandangan ini lebih
lama lagi. Ternyata pemandangan indah itu tidak hanya disepanjang jalan yang baru
saja kulalui dengan ayah, disekeliling sekolah baruku pemandangannya juga tidak
kalah indah , menurutku. Di sebelah SD Harapan Bangsa ada sebuah danau yang indah
dengan air masih hijau dan dipenuhi ikan berwarna-warni yang terletak tepat di
bawah pohon besar. Dan ketika aku keluar dari mobil aku hanya bisa tercengang
sampai “Ting.. Tong.. Ting.. Tong..”,
tak terasa bel masuk sudah berbunyi sehingga akupun bergegas masuk
kelas. Betapa binggungnya aku, aku langsung masuk ke sebuah kelas yang terletak
didekat ruang guru tetapi ternyata itu bukan kelasku . Itu adalah kelas 6 dan betapa
malunya aku saat itu oh Tuhan….
Akhirnya ada seorang kakak kelas baik hati yang mau mengantarkanku sampai ke kelas yaitu
kelas 2 namanya kak Julio dan dia adalah orang pertama yang kukenal di sekolah
ini.Sesampainya di kelas aku langsung masuk tanpa sepatah kata, ucapan terima kasihpun
juga tak ku ucapkan pada kak Julio yang sudah mengantarkanku.
Di
kelas semua teman dan seorang guru cantik sudah menunggu
kedatanganku. Begitu aku masuk kelas semuanya tersenyum melihatku, akupun
sangat senang sekaligus malu karena akibat salah kelas tadi aku jadi terlambat
masuk kelas.Aku langsung meminta maaf pada
bu guru. Bu guru cantik yang tadi tersenyum kepadaku, menyuruhku untuk
duduk karena mungkin aku terlihat sangat
capek menurutnya.Aku duduk dibangku paling depan dengan seorang laki-laki
sederhana dan lugu. Setelah aku duduk dan meletakkan tasku , bu guru cantik kembali memanggilku kali ini
beliau menyuruhku untuk memperkenalkan diri dihadapan teman-teman.
Bu guru cantik:
Calissta, coba kamu perkenalkan dirimu pada teman-teman.
Callista : Baik
bu... Hai semua perkenalkan namaku
Callista Viola, aku biasanya dipanggil
lista. Aku pindahan dari SD Menteng Jakarta dan
aku pindah karena Ayahku bertugas
disini
Bu guru cantik : Terima
kasih Callista dan silahkan duduk kembali
Tak terasa jam pelajaran Matematika sudah selesai dan
ting tong ting tong “ ye…!!! istirahat” teriak semua teman baruku . Kali ini
aku tidak ingin kekantin apalagi main-main diluar kelas. Ya…karena aku belum
punya teman untuk kuajak main.Tiba-tiba temanku sebangku datang menghampiriku
dan ia menawariku untuk pergi ke kantin
bersama dengan senang hati aku menerima tawaran
temanku sebangku ini.
Kitapun memesan menu dan duduk di tempat yang sama.
Sambil menunggu pesanan makanan tiba kitapun mengobrol-ngobrol. Dari situlah
aku tahu bahwa ia bernama Tio dan takku
sangka ternyata dia tinggal tepat di
sebelah rumahku. Setelah selesai makan Tio mengajakku keliling sekolah supaya
aku lebih tahu tentang sekolah ini, katanya.
Bel pulang sekolah telah
berbunyi dan semuanya bergegas untuk pulang. Akupun segera mengemasi
barang-barangku yang berserakan di atas meja melihat aku yang tergesa-gesa Tio membantuku untuk memasukkan
barang-barangku ke dalam tas dan setelah semuanya sudah dimasukkan kedalam tas ,
Tio juga menawariku untuk pulang bersama dengannya karena rumah kita
berdekatan, pikirnya. Sebenarnya aku mau saja pulang bersama Tio tapi ketika
aku lihat jendela ayah sudah menungguku di depan gerbang sekolah. Dengan terpaksa kali
ini aku menolak tawaran Tio. Kukira dia marah, tapi ternyata dia membalasku dengan tersenyum . “Iya nggak
apa-apa kok,lis” kata Tio.Beruntung sekali ya aku bertemu dengan teman baru
yang begitu baik dan ramah seperti Tio.
Ketika di rumah aku bercerita pada kakak tentang semua
peristiwa yang ku alami di sekolah tadi.
Ya..tapi seperti biasa kak Vanessa tidak mendengarkanku malah ia memakai headset
untuk menutupi telingganya,huft….mungkin aku harus sabar menghadapi kakakku
ini.
Tidak terasa sudah hampir satu tahun aku bersekolah di SD
Harapan Bangsa dan setiap hari aku
berjalan kaki bersama Tio untuk berangkat sekolah. Dulu kemanapun aku pergi aku
selalu meminta sopirku untuk mengantarkan, walaupun itu dekat tetapi kini aku
seolah-olah sudah berubah 180 drajat.Aku lebih suka berjalan kaki kemanapun aku
pergi, karena jalan kaki itu sehat dan aku tidak mau mengotori desa yang indah
ini dengan asap mobilku.
Semenjak aku berteman dengan Tio hariku menjadi semakin
berwarna. Bagiku Tio adalah sahabat sejatiku,dia sering sekali main kerumahku bahkan
saat aku sedih ia selalu menghiburku. Ketika aku sedih
dia langsung mengambil gitar dan menyanyikanku lagu yang paling aku sukai ,
berjudul “ Never Say Never” yang sering dibawakan oleh idolaku Justin Bieber . Walaupun suara
Tio tidak sebagus Justin tapi aku menghargai usahanya, hehehe. Tidak seperti
kakakku yang acuh kepadaku bahkan ia sering
pergi shopping bersama teman-temannya dan meninggalkanku sendirian dirumah.
Apalagi saat ayah keluar kota kakak selalu membawa teman-temannya kerumah dan
tak jarang temannya itu membuat seisi rumah berantakan.Itu rtinya tugasku menjadi bertambah. Yah, karena
kakak selalu menyuruhku untuk merapikannya kembali .
Kini sudah 2 tahun kami tinggal di desa ini,dan seperti
yang ayah katakana, ayah
mengajak aku dan kakak untuk
kembali ke Jakarta . Belum ke kota saja rasanya aku sudah malas untuk
membayangkan hidup di kota lagi dan meninggalkan desa yang sangat aku cintai
ini.Akupun langsung pergi ke kebun belakang
rumah tempatku biasa main dengan Tio karena aku sudah tidak tahan
menahan air mataku ini. Tiba-tiba Tio mengejutkanku dari belakang, dengan
seketika aku menjerit dengan keras. Dan ketika aku tahu bahwa itu kerjaan Tio,
aku langsung marah kepadanya. Tiopun meminta maaf kepadaku,”Maaf lis aku tidak tahu kalau kamu sedang sedih”
kata Tio. Aku pikir ini salahku juga sih, masak cuma di kagetin aja aku marah
pada Tio. Akhirnya aku bercerita pada Tio tentang apa yang ayah katakan padaku barusan dan Tio juga ikut sedih mendengarnya.
Tio
menyarankanku untuk bicara terus terang sama ayah.Akupun langsung pulang dan bicara pada ayah kalau
aku masih ingin tinggal di desa.Dan tidak seperti yang kuduga sebelumnya ayah
mengijinkanku tinggal di desa dengan ditemani oleh tante. Bahkan ayah senang
kalau aku tinggal didesa karena itu dapat membuatku menjadi mandiri, kata
ayah.Aku sempat sedih karena aku harus
berpisah dengan ayah , tapi ayah berjanji untuk menengokku setiap bulan .
Beberapa
tahun kemudian
Kini aku sudah SMA
dan seperti sekolahku sebelumnya, aku bersekolah di SMA yang sama dengan
Tio bahkan kita satu kelas. Menurutku sejak awal sampai sekarang aku berteman
dengan Tio, dia tidak berubah sedikitpun, dia tetap polos dan sederhana. Tapi
mungkin sekarang adalah waktunya aku harus berpisah dengannya, ini saatnya kita
meraih cita-cita kita masing-masih. Dan seperti janji ayah, aku akan kuliah di
salah satu kampus yang terletak di London
,sesuai impianku ketika aku masih kecil dulu.Tapi aku merasa sedih karena Tio
terpaksa tidak melanjutkan sekolah dengan alas an terhalang biaya. Tio adalah anak yang pandai kenapa aku tidak mencarikan beasiswa saja, pikirku. Akhirnya dengan
sembunyi-sembunyi aku mendaftarkan Tio kedalam
program beasiswa kuliah yang dicanangkan pemerintah dan seperti dugaanku
sebelumnya Tio di terima dengan nilai tertinggi. Aku segera memberi tahu Tio
tentang kabar baik ini dan ia pun langsung memelukku sebagai ucapan terima
kasih. Karena Tio peraih nilai tertinggi maka ia bebas menentukan kampus yang
ia inginkan. Akhirnya Tio memutuskan
untuk kuliah di salah satu kampus di Jakarta. Ia kuliah di bidang kedokteran, mulia sekali ya cita-cita temanku
ini.Tapi aku merasa sedih karena tidak satu sekulah lagi sama Tio, tapi aku
yakin pada suatu hari nanti kita akan bertemu ketika kita sudah sukses.
Tak terasa seminggu lagi aku harus berangkat ke London,
tapi aku bingung kenapa setiap hari kepalaku selalu pusing dan an semakin lama
dari hidungku sering keluar darah.Aku pikir ini cuma akibat kelelahan ,tapi Tio
menasehatiku untuk mengechek ke rumah
sakit, aku selalu menolak saat dia mau mengantarkanku, sampai suatu saat aku
menuruti nasehatnya. Dan anehnya ketika aku
selesai diperiksa, dokter memanggil Tio karena dia yang menemaniku saat itu, setelah itu aku
nggak tahu apa yang dokter
biacarakan pada Tio sampai ia
tidak dapat menahan air mata. Tapi
ketika aku tanya langsung pada Tio , ia hanya tersenyum dan berkata
kalau aku cuma sakit kepala biasa. Kali ini aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatku ini kalau cuma sakit kepala biasa kenapa ia sampai menangis, aku akan mencari
jawabannya sendiri.
Sampai suatu hari aku menemukan sebuah surat dokter dikamar
Tio saat aku main rumah nya dan itu
bertuliskan atas namaku.. Akupun terkejut saat membaca kalau sebenarnya dokter
telah menvonisku mengindap penyakit kanker otak stadium akhir.Dan yang
membuatku semakin sedih, kenapa sahabatku dari kecil menyembunyikan ini semua
dari aku. Tak lama kemudian terdengar suara montor Tio. Aku segera menghapus
air mataku dan keluar dari rumahnya.Tio binggung dengan apa yang terjadi
denganku
Tio: Lis, kamu kenapa
menangis?
Callista: Enggak kok
aku nggak apa-apa
Tio:Kamu jangan bohong
lis, aku itu temanmu dari kecil jadi aku tahu banget kalau kamu sedang bohong.
Ayolah cerita padaku!
Callista: Aku kecewa
sama kamu. Kenapa kamu harus bohong padaku?
Tio: Bohong apa lis?
Callista: Kalau
sebenarnya dokter sudah menvonisku
mengidap penyakit kanker otak stadium akhir.Aku
nggak menyangka kenapa di usiaku yang tak lama lagi sahabat sejatiku harus
bohong kepadaku..
Tio: Callista, kamu
nggak boleh bicara begitu, aku yakin kalau kamu pasti sembuh. Aku terpaksa
bohong sama kamu karena aku nggak ingin
kalau sahabatku sedih seperti ini
Callista: Aku lebih
sedih kalau kamu bohong sama aku Tio
Tio: Ya sudah aku minta
maaf lis, aku nggak bermaksud seperti
itu. Aku janji aku akan selalu
menemanimu…
Akupun tidak tahu kalau sebenarnya Tio sudah memberi tahu
ayahku kalau aku mengidap kanker. Akhirnya ayah menyuruhku untuk ke Jakata
tinggal dengannya lagi dan melakukan pengobatan disana. Aku berangkat ke
Jakarta ditemani Tio karena ia juga mau kuliah di Jakarta. Aku sedih karena
cita-citaku dari kecil untuk berkuliah di London harus pupusbegitu saja.Tetapi
Tio selalu memotivasiku untuk tetap semangat melawan penyakitku ini,bahkan ia rela tidak masuk kuliah
hanya untuk menemaniku terapi.Tapi rasanya aku sudah tidak tahan lagi. Setiap hari hidungku mengeluarkan darah
dan semakin hari semakin banyak. Oh.. Tuhan, aku ikhlas kamu ambil.Karena di akhir hidupku ini Engkau
telah memberiku sahabat yang begitu baik kepadaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar